breezebus.com – Nilai tukar mata uang suatu negara di pasar global merupakan cerminan dari kekuatan ekonomi dan faktor-faktor makroekonomi lainnya. Fluktuasi nilai mata uang bukan terjadi secara kebetulan, melainkan dipengaruhi oleh beragam faktor yang saling berkaitan, baik dari sisi domestik maupun eksternal. Artikel ini akan membahas secara aktual dan mendetail faktor-faktor utama yang menentukan nilai sebuah mata uang di pasar global.
1. Kebijakan Moneter dan Suku Bunga
Kebijakan bank sentral memainkan peran krusial dalam menentukan nilai mata uang. Bank sentral suatu negara, seperti Bank Indonesia, The Fed (AS), atau ECB (Eropa), mengatur suku bunga dan suplai uang. Ketika suku bunga dinaikkan, investor cenderung menanamkan modal dalam mata uang tersebut karena imbal hasil yang lebih tinggi, sehingga permintaan naik dan nilai mata uang menguat.
Contoh terkini, pada 2024-2025, Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi, yang membuat dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia.
2. Inflasi dan Stabilitas Harga
Inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang karena menurunkan daya beli. Negara dengan inflasi rendah dan stabil cenderung memiliki mata uang yang lebih kuat. Pasar global menganggap stabilitas harga sebagai indikator fundamental kekuatan ekonomi jangka panjang.
Sebaliknya, inflasi tinggi seperti yang terjadi di beberapa negara berkembang setelah pandemi COVID-19 menyebabkan pelemahan mata uang lokal terhadap dolar AS dan euro.
3. Neraca Perdagangan dan Defisit Transaksi Berjalan
Nilai ekspor dan impor suatu negara juga memengaruhi nilai mata uang. Negara dengan surplus perdagangan (ekspor lebih besar dari impor) akan mengalami peningkatan permintaan atas mata uangnya karena pembeli luar negeri membutuhkan mata uang tersebut untuk transaksi.
Sebaliknya, defisit transaksi berjalan yang besar—di mana impor lebih besar dari ekspor—dapat menurunkan nilai mata uang karena kebutuhan valuta asing lebih tinggi daripada pasokannya.
4. Cadangan Devisa dan Intervensi Bank Sentral
Cadangan devisa yang besar memberi bank sentral kekuatan untuk menstabilkan nilai tukar ketika terjadi gejolak. Negara-negara seperti Tiongkok dan Jepang kerap melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas mata uang mereka dengan menjual atau membeli mata uang asing.
Indonesia, misalnya, dalam beberapa bulan terakhir melakukan intervensi lewat cadangan devisa untuk menahan depresiasi rupiah terhadap dolar AS.
5. Situasi Politik dan Stabilitas Pemerintahan
Investor global sangat memperhatikan kestabilan politik dan sistem hukum suatu negara. Ketidakpastian politik, konflik, atau kebijakan ekonomi yang tidak konsisten dapat menurunkan kepercayaan terhadap mata uang negara tersebut.
Krisis politik di negara seperti Venezuela atau Argentina menyebabkan pelarian modal dan jatuhnya nilai mata uang nasional akibat hilangnya kepercayaan investor.
6. Spekulasi Pasar dan Sentimen Global
Pasar keuangan bersifat spekulatif berita-jabar. Ekspektasi akan pertumbuhan ekonomi, kebijakan suku bunga, atau peristiwa global seperti perang atau pandemi bisa memicu arus modal yang besar dan cepat, memengaruhi nilai tukar secara signifikan.
Sebagai contoh, ketika muncul konflik geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina, investor mencari aset aman seperti dolar AS atau franc Swiss, yang mendorong penguatan mata uang-mata uang tersebut.
7. Utang Luar Negeri
Negara dengan utang luar negeri besar dalam mata uang asing memiliki risiko nilai tukar yang tinggi. Jika nilai tukar domestik melemah, biaya pelunasan utang akan meningkat, memicu tekanan pada mata uang lebih lanjut. Negara-negara dengan beban utang tinggi cenderung mengalami fluktuasi mata uang yang lebih tajam.
Nilai sebuah mata uang di pasar global ditentukan oleh kombinasi kompleks antara fundamental ekonomi, kebijakan moneter, stabilitas politik, dan sentimen investor global. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan makroekonomi, transparansi kebijakan, serta kepercayaan pasar adalah kunci utama agar sebuah negara dapat menjaga kekuatan mata uangnya.
Fluktuasi nilai tukar adalah hal yang wajar, namun stabilitas jangka panjang sangat bergantung pada konsistensi dan kualitas kebijakan ekonomi suatu negara.